Melihat Potensi Usaha Kasur Kapuk yang Bersaing dengan Busa
Foto: Charolin Pebrianti
Ponorogo - Kasur atau alas tidur berbahan dasar kapuk dari pohon Randu ini masih diminati, meski saat ini tengah bersaing dengan matras dan busa. Hal ini diakui oleh Mbah Jemirah (70) meski sudah 25 tahun ia menjalankan usaha ini, masih banyak peminat kasur kapuk.
Mbah Jeminah bersama empat orang karyawannya tengah membuat pesanan kasur kapuk. Usai seminggu kemarin, usahanya tak berproduksi karena diguyur hujan terus menerus. Baru hari ini ia kembali memanggil karyawannya untuk membuat kasur lagi.
Ada dua orang bertugas menjahit, satu orang bertugas menjemur kapuk dan satu orang bertugas selep kapuk. Total ada empat orang yang bekerja. Sedangkan Mbah Jeminah terlihat mengawasi sembari sesekali menata tumpukan kasur di tokonya.
"Seminggu kemarin hujan terus jadi tidak bisa jemur kapuk, gak produksi. Ini baru mulai lagi," tutur Mbah Jeminah saat ditemui di gudangnya, Desa Bajang, Kecamatan Balong, Ponorogo, Senin (5/2/2018).
Ibu tiga anak ini menjelaskan produksi pembuatan kasur ini masih banyak peluangnya. Terbukti tiap kali musim panen cengkeh atau saat naiknya harga emas. "Soalnya yang mesti ramai saat musim panen cengkeh, banyak yang pesen kasur terutama daerah Pacitan, Magetan, Tulungagung, Trenggalek," imbuhnya.
Mbah Jeminah mengaku mendapatkan bahan baku kapuk dari Slahung, satu kali pengiriman mencapai satu ton kapuk yang bisa dijadikan 10 buah kasur ukuran paling besar. "Satu gudang ini muat untuk satu ton kapuk," paparnya.
Menjemur kapuk agar tidak berjamur/ Foto: Charolin Pebrianti
|
Harga kapuk dari penjual sebesar Rp 3 ribu/kg namun masih belum diolah. Mbah Jeminah pun usai membeli kapuk harus mengolah kapuknya agar bersih dan kering, sebelum dibentuk menjadi kasur maupun bantal atauguling.
Sementara itu selama ini Mbah Jeminah menjual tiga ukuran kasur. Mulai ukuran paling besar 1,5 meter dijual dengan harga Rp 400 ribu, kemudian ukuran 1,25 meter dijual dengan harga Rp 300 ribu, lalu ukuran 1 meter dengan harga Rp 250 ribu, dan jenis kupu tarung dijual dengan harga Rp 500 ribu.
Salah satu karyawannya yang bertugas menjemur kapuk, Uswatun (44) menjelaskan kapuk yang baru datang harus dijemur terlebih dahulu. Jika matahari terik mulai pukul 07.00-12.00 WIB bisa tiga kali penjemuran.
"Jangan lupa jemurnya di dalam jaring seperti ini supaya kapuk tidak beterbangan," jelasnya.
Ibu dua anak ini juga menambahkan usai dijemur, kapuk diselep menggunakan blower untuk memisahkan biji yang ada di kapuk. "Kalau tidak segera dijemur, kapuk juga bisa jamuran. Setelah bersih dan kering kapuk baru bisa diproses jadi kasur, bantal maupun guling," terangnya.
Sedangkan Saniyah (43) yang bertugas menjahit kasur pun memasukkan kapuk-kapuk ke dalam kain yang sudah disiapkan. Ada tiga ukuran yang dibuat. Ukuran kasur paling besar 1,5 meter, ukuran 1,25 meter, ukuran 1 meter dan jenis kupu tarung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar